Akidah Adalah: Ruang Lingkup, Dasar-Dasar dan Kedudukannya (2024)

Jakarta -

Akidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati untuk membenarkan Tuhan, yang membuat jiwa tenang dan tentram, serta bersih dari kebimbangan dan keraguan. Akidah memiliki keterkaitan yang kuat dengan keimanan, di mana keimanan adalah keyakinan yang sepenuh hati.

Akidah menjadi fondasi utama dalam ajaran Islam, sehingga memiliki cakupan yang dalam dan luas. Akidah adalah hubungan antara hamba dengan pencipta-Nya (hablumminallah).

Mengutip buku Pengantar Akidah Akhlak dan Pembelajarannya oleh Dedi Wahyudi, M.Pd.I., akidah diibaratkan sebagai fondasi bangunan. Oleh karena itu, akidah harus dirancang dan dibangun terlebih dahulu sebelum bagian-bagian lainnya.

Definisi Akidah

Menukil buku Akidah Akhlak dalam Perspektif Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah karya Rahmat Solihin, secara etimologi, akidah berasal dari bahasa Arab aqada-ya'qidu-aqdan yang berarti ikatan, perjanjian, simpul, dan kokoh. Istilah ini digunakan karena akidah mengikat dan menjadi simpul atau sandaran bagi segala sesuatu.

Adapun akidah menurut terminologi (istilah), akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati manusia, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan dan tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Akidah juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.

Adapun ruang lingkup akidah islamiyah adalah sebagai berikut:

1. Ilahiyat: sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan.
2. Nubuwwat: sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan rasul, kitab suci, mukji*zat dsb.
3. Ruhaniyat: hal-hal yang berkaitan dengan alam metafisika, seperti malaikat, jin, ruh, dan sebagainya.
4. Sam'iyyat: sesuatu yang tidak masuk ketiga kelompok di atas, namun hanya diketahui dari sami' (dalil naqli) seperti barzah, alam kubur, akhirat, takdir dsb.

Dasar-dasar Akidah Islam

Mengutip buku Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII oleh Drs. H. Masan AF., M.Pd., akidah Islam disusun atas dasar dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadits. Di dalam Al-Qur'an banyak disebutkan pokok akidah seperti, nama-nama dan difat-sifat Allah, tentang malaikat, kitab-kitab Allah, hari kiamat, surga, neraka dan lainnya.

Mengenai pokok-pokok atas kandungan akidah Islam antara lain disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 285 sebagai berikut:

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

Artinya: Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) "Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya." Mereka juga berkata, "Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali."

Rasulullah bersabda, "Iman itu artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk." (HR Muslim)

Kedudukan Akidah

Dalam ajaran Islam, akidah memiliki kedudukan yang sangat fundamental. Oleh karena itu, sebagian besar kandungan Al-Qur'an dan sunnah berfokus pada penjelasan tentang akidah. Menukil buku Pokok-Pokok Akidah yang Benar karya H.A. Zahri, berikut ini kedudukan akidah:

1. Akidah Merupakan Fondasi Setiap Amal

Akidah/iman merupakan fondasi/landasan setiap amal manusia. Jika manusia tidak beriman maka amalnya akan sia-sia belaka dan dia tergolong orang yang merugi.

Dalam Al-Qur'an kata amal sering didahului dengan kata iman, maksudnya amal harus dilandasi iman kepada Allah SWT. Contohnya dalam surat Al-Asr ayat 1-3 berikut:

وَالْعَصْرِ(1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ(2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3

Artinya: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran."

2. Akidah Misi Dakwah Semua Rasul

Sebab diterimanya amal manusia tergantung pada kebenaran akidahnya maka perhatian nabi dan rasul Allah SWT terhadap persoalan akidah sangat besar. Para rasul mulai dari Adam AS hingga Muhammad SAW membawa misi utama yang sama yaitu menyeru kepada keesaan, namun syariat mereka antara satu dengan yang lain berbeda.

Seruan untuk memurnikan akidah ini termaktub dalam surat An-Nahl ayat 36:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ

Artinya: Sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah dan jauhilah tagut!" Di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang ditetapkan dalam kesesatan. Maka, berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).

3. Akidah Membawa Keselamatan dan Kebahagiaan Dunia-Akhirat

Orang yang memiliki akidah yang benar akan memperoleh kebaikan dan kemaslahatan sepanjang hidupnya. Dia akan cepat merespon ajakan kebaikan dan segera menghindar dari kemaksiatan.

Orang yang tidak memiliki akidah yang benar akan merasa kehidupannya sempit, sehingga ketika mendapat ujian yang ringan bisa jadi ia berniat mengakhiri hidupnya.

Berbeda dengan orang yang beriman, maka mereka tidak pernah berputus asa terhadap rahmat Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Yusuf ayat 87:

يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِۗ اِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ

Artinya: Wahai anak-anakku, pergi dan carilah berita tentang Yusuf beserta saudaranya. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir.

(hnh/rah)